Sepuluh bocah yang sedang diadili di PN Tangerang dengan dakwaan berjudi mencoba berbagai cara untuk lepas dari jerat hokum. Kemarin, mereka menulis surat yang ditujukan kepada Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Mereka berharap, SBY terketuk hatinya dengan menolong mereka agar persidangan dihentikan.
Sebagaimana diberitakan kemarin, mereka ditangkap petugas saat bermain tebak-tebakan dengan uang logam di Bandara Soekarno-Hatta (BSH). Kesepuluh anak itu adalah penyemir sepatu dan pedagang asongan di bandara tersebut.
Polisi dan juga jaksa menuduh mereka berjudi. Dan kasusnya berlanjut ke pengadilan. Di tengah persidangan mereka mengirim surat ke presiden.
Mereka menulis surat dengan menggunakan ballpoint pada kertas HVS di di halaman rumah salah satu bocah, di Kampung Rawa Rengas, Desa Rawa Jati, Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang.
Dalam surat tersebut, mereka bercerita tentang kisah mereka selama menjadi penyemir dan pedagang asongan di Terminal BSH Tangerang. Mulai dari alasan mereka mencari nafkah, ditangkap petugas keamanan dan polisi bandara, ditahan di LP Anak Pria Tangerang, dan disidang di PN Tangerang. Mereka juga mengucapkan ketidaksanggupannya apabila hakim memutus mereka dengan hukuman sepuluh tahun penjara.
Selain itu dalam surat tersebut, mereka juga mengucapkan selamat kepada Presiden SBY yang telah memperoleh suara terbanyak pada Pemilihan Presiden pada 8 Juli lalu. Diharapakan SBY memedulikan anak-anak. “Kalau hakim putus saya sepuluh tahun nanti saya tidak bisa ke SMA. Satu hari saja di penjara saya tidak sanggup, saya sudah kangen orang rumah dan kangen main layang-layangan,” ujar Musa salah satu bocah saat diwawancarai di sela-sela menulis surat.
Christine Tambunan dari LBH Masyarakat Jakarta, mengatakan, surat tersebut akan dikirimkan bersama surat LBH Masyarakat ke Presiden SBY besok (hari ini) di mana bersamaan dengan Hari Anak Nasional. “Surat mereka dilampirkan pada surat kami yang isinya agar presiden membebaskan mereka. Demi masa depan mereka,” ujarnya kepada Tangerang Ekspres, Rabu (22/7).
Selain surat yang dibuat, sambung Christine, akan dilampirkan foto mereka. Dengan surat tersebut, mereka berharap Presiden SBY memberikan perhatian kepada sepuluh bocah tersebut dengan cara menghentikan proses persidangan dan membebaskan mereka, agar mereka bisa kembali sekolah dengan tenang seperti anak-anak seusai mereka. (tnt/jpnn/ruk)
Sumber: Jawa Pos
Jakarta, 23 Juli 2009